Jakarta (ANTARA) - DBS Group Research memproyeksikan Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan mempertahankan sikap dovish selama kuartal IV 2025, seiring dengan ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter The Fed pada bulan depan.
Sebagai catatan, suku bunga acuan atau BI-Rate sudah diturunkan sebanyak lima kali sejak September 2024 sebesar 125 basis poin (bps) sehingga saat ini menjadi 5 persen. Pemangkasan BI-Rate 25bps pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Agustus 2025 menandai penurunan kedua bulan beruntun.
“Sejumlah indikator aktivitas dengan frekuensi tinggi menunjukkan pelemahan momentum pertumbuhan di paruh kedua tahun ini, ditambah situasi perdagangan global yang cukup menantang, membuat BI memilih untuk tetap menjaga kebijakan yang mendukung pertumbuhan. Keputusan ini diambil di tengah inflasi yang masih sesuai target dan rupiah yang relatif stabil,” kata Senior Economist DBS Bank Radhika Rao dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
DBS Group Research memperkirakan para pembuat kebijakan akan terus mendorong agar transmisi dari pemangkasan suku bunga sebesar 100bps yang telah dilakukan sepanjang tahun ini dapat tersalurkan secara penuh ke dalam perekonomian.
Inflasi Indonesia diproyeksikan tetap berada dalam kisaran target BI sepanjang tahun 2025 dan 2026. BI diperkirakan akan menyesuaikan kebijakan moneternya secara bertahap dengan mempertimbangkan nilai tukar rupiah, arah suku bunga The Fed, serta target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5 persen.
Sementara itu, imbal hasil obligasi Indonesia mulai menurun seiring dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga. Tren itu didukung oleh limpahan permintaan dari Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), surplus likuiditas, serta minat investor terhadap instrumen berimbal hasil tinggi.
Permintaan obligasi terkonsentrasi pada tenor pendek hingga menengah, sementara imbal hasil obligasi 10 tahun juga mengalami penurunan meskipun kinerjanya tertinggal dibanding tenor yang lebih pendek.
DBS Group Research mencatat, pergerakan ini menunjukkan respons pasar obligasi terhadap ekspektasi kebijakan moneter yang lebih akomodatif serta kondisi likuiditas yang memadai di pasar domestik. Kondisi tersebut membuka ruang bagi BI untuk melakukan penyesuaian kebijakan suku bunga sesuai perkembangan ekonomi.
Equities Specialist DBS Group Research Maynard Arif mengungkapkan, pasar saham Indonesia menunjukkan rotasi menarik ke saham-saham big caps berkualitas yang dinilai lebih tahan terhadap volatilitas global.
Meskipun indeks LQ45 dan IDX30 mengalami kinerja di bawah rata-rata hingga Juli 2025, valuasi pasar saat ini masih relatif menarik dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya, sehingga membuka peluang bagi investor yang mencari stabilitas sekaligus potensi pertumbuhan.
Aliran modal asing (FDI) yang sempat mereda diperkirakan akan kembali mengalir ke pasar domestik pada paruh kedua tahun ini, seiring adanya ekspektasi pemangkasan suku bunga lebih lanjut dan stabilisasi nilai tukar rupiah.
Kendati demikian, investor diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi volatilitas jangka pendek yang mungkin muncul akibat dinamika kebijakan moneter global dan risiko geopolitik.
Selanjutnya, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan koreksi signifikan dalam dua bulan terakhir setelah mencapai puncak saluran harga, sejalan dengan perkembangan pasar global dan sentimen terhadap kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).
Menanggapi fenomena tersebut, DBS Group Research memproyeksikan bahwa dalam jangka pendek, nilai tukar rupiah akan mengalami konsolidasi, mencerminkan stabilisasi pasar sekaligus adaptasi terhadap ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed dan kondisi ekonomi domestik Indonesia.
Adapun The Fed diproyeksikan akan menurunkan suku bunga sebesar 50bps pada semester II 2025, dengan kemungkinan pemangkasan tambahan 50bps pada 2026.
Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 diperkirakan meningkat hingga 5,4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), tertinggi sejak tahun 2018, didukung oleh perbaikan penerimaan negara.
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.