
PELINDO menanam 1.500 bibit mangrove di kawasan pesisir Tambak Lorok, Semarang, Jawa Tengah. Langkah ini menjadi bagian dari program rehabilitasi mangrove perusahaan sepanjang tahun 2025, dengan target pemulihan hingga 100 hektar ekosistem mangrove di berbagai wilayah operasional.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh sejumlah entitas subholding Pelindo, yakni PT Pelindo Multi Terminal Branch Tanjung Emas, PT Pelindo Terminal Petikemas Semarang, serta PT Pelindo Jasa Maritim Unit Tanjung Emas. Pelindo juga menggandeng Indonesian National Shipowners Association (INSA) Semarang bertepatan dengan Hari Ulang Tahun INSA, serta melibatkan masyarakat lokal dan relawan lingkungan. Selain penanaman, digelar pula kegiatan bakti sosial bagi warga pesisir.
Group Head Sekretariat Perusahaan Pelindo, Ali Sodikin mengatakan rehabilitasi mangrove menjadi prioritas karena keberadaan hutan mangrove terbukti penting bagi perlindungan pesisir.
“Mangrove bukan hanya penahan abrasi dan intrusi air laut, tetapi juga habitat penting bagi biota laut serta penopang mata pencaharian masyarakat pesisir,” ujar Ali melalui keterangannya, Minggu (24/8).
Ali menambahkan Pelindo sebagai BUMN operator pelabuhan terbesar di Indonesia memiliki kepentingan menjaga kelestarian ekosistem laut di sekitar wilayah operasional. “Pelabuhan tidak bisa dilepaskan dari laut. Karena itu, menjaga lingkungan pesisir, termasuk mangrove, adalah bagian dari tanggung jawab kami agar aktivitas pelabuhan tetap berkelanjutan,” kata Ali.
Ali menjelaskan kegiatan yang fokus pada kelestarian lingkungan ini juga diharapkan berdampak pada sisi ekonomi. “Melalui kegiatan ini, kami tidak hanya menanam mangrove, tetapi juga membangun kesadaran dan kapasitas masyarakat agar lingkungan dan ekonomi lokal sama-sama terjaga,” ujarnya.
Mangrove di kawasan Semarang, termasuk Tambak Lorok, selama ini menghadapi tekanan akibat alih fungsi lahan, pencemaran, dan perubahan iklim. Rehabilitasi mangrove diharapkan dapat mengurangi risiko banjir rob sekaligus memperkuat ketahanan pesisir.
Partisipasi masyarakat dan organisasi seperti INSA menjadi salah satu faktor keberhasilan program. Kolaborasi dengan komunitas lokal juga membuat upaya ini lebih berdampak, karena masyarakat lah yang nantinya akan merawat dan menjaga mangrove,” ujarnya. (E-4)