Jakarta (ANTARA) - Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 menjadi 4,9 persen, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,7 persen.
Chief Economist Citi Indonesia Helmi Arman menjelaskan perubahan ini dilakukan setelah pihaknya menilai adanya data pertumbuhan yang sebelumnya luput dari kajian, khususnya di sektor hilirisasi.
“Kami sudah merevisi naik (pertumbuhan ekonomi) mendekati 5 persen tahun ini. Mungkin yang kita terlewat kemarin itu adalah (data) pertumbuhan, pertama output di sektor hilirisasi yang memang datanya itu kita enggak punya dan harus menebak-nebak,” kata Helmi usai menghadiri konferensi pers Pemaparan Ekonomi & Kinerja Keuangan di Jakarta, Selasa.
Helmi menambahkan, sebelumnya tim ekonom Citi Indonesia juga terlalu rendah dalam memproyeksikan capaian sektor pertanian.
Ia menyebutkan keterbatasan akses data menjadi salah satu penyebab melesetnya proyeksi awal.
“Yang itu juga datanya kebanyakan BPS yang menyurvei. Cuman BPS yang menyurvei. Jadi saya rasa mungkin itu sumber dari melesetnya banyak perkiraan ekonomi,” ujarnya.
Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia tumbuh 5,12 persen (yoy) pada kuartal II 2025. Pertumbuhan itu terutama ditopang konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB).
Konsumsi rumah tangga menyumbang 54,25 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menjadi penopang utama pertumbuhan dengan andil 2,64 persen dari total 5,12 persen.
Lonjakan konsumsi terjadi seiring momentum hari besar keagamaan seperti Idul Fitri, Waisak, Kenaikan Isa Almasih, Idul Adha, serta masa libur sekolah, yang dinilai mendorong pengeluaran pada transportasi dan restoran.
Menanggapi hal itu, Helmi menilai stimulus pemerintah untuk rumah tangga kemungkinan ikut menopang konsumsi pada kuartal II.
"Dugaan saya itu membantu menopang pertumbuhan konsumsi di kuartal II sehingga tidak turun dibanding kuartal I," terangnya.
Selain itu, dirinya juga menyinggung peran niaga elektronik (e-commerce) terhadap pertumbuhan konsumsi. Namun, menurutnya, peningkatan belanja daring sebagian berasal dari pergeseran belanja luring.
"E-commerce ini kan sebenarnya kalau kita melihatnya ini ada pertumbuhan, tetapi juga kalau sebagian dari pertumbuhan ini merupakan pengalihan dari belanja offline, seharusnya ada penurunan juga di sisi offline-nya. Jadi memang kita harus melihat di kedua sisi, di sisi e-commerce atau belanja online yang lagi tumbuh cepat," jelas Helmi.
Adapun selain konsumsi rumah tangga, PMTB tercatat tumbuh 6,99 persen (yoy) dan menyumbang 2,06 persen terhadap pertumbuhan, dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 27,83 persen.
Pertumbuhan PMTB terutama didukung investasi di sektor konstruksi. Sementara konsumsi pemerintah menyumbang 0,22 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca juga: Citi Indonesia proyeksi BI masih punya ruang untuk pangkas suku bunga
Baca juga: Citi Indonesia cetak laba bersih Rp1,3 triliun pada kuartal II 2025
Baca juga: Citi Indonesia ungkap sektor yang jadi fokus penyaluran kredit
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.