INFO NASIONAL – Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menekankan pentingnya kepemimpinan adaptif untuk menjawab tantangan pengelolaan zakat di era modern. Pesan itu disampaikan dalam forum Management Upgrade bertema “Penerapan Gaya Kepemimpinan” di Gedung Baznas, Jakarta, dan disiarkan melalui kanal YouTube Baznas TV pada Kamis, 21 Agustus 2025.
Dalam paparannya, Pimpinan Baznas Bidang Transformasi Digital Nasional, Profesor Nadratuzzaman Hosen, menjabarkan enam model kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam lembaga filantropi seperti Baznas. “Bila diterapkan dengan tepat, akan memperkuat peran Baznas sebagai penggerak kebangkitan ekonomi umat,” ucapnya
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Model pertama adalah kepemimpinan transformasional. Pendekatan ini mendorong inovasi, termasuk dalam digitalisasi zakat, sekaligus meningkatkan motivasi kerja para amil.
"Kedua, model kepemimpinan delegatif. Pendekatan ini lebih tepat dalam konteks lembaga filantropi seperti Baznas, karena setiap orang diberi ruang bekerja sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Tapi, kalau terlalu delegatif juga ada bahayanya, jadi harus tetap ada keseimbangan,” jelasnya.
Model ketiga adalah kepemimpinan transaksional. Model ini menekankan pada penghargaan dan sanksi sesuai kinerja. "Kemudian, ada kepemimpinan demokratis. Model ini membuka ruang diskusi dan kolaborasi, terutama saat merumuskan kebijakan strategis bersama para pemangku kepentingan," ucap Nadratuzzaman.
Selanjutnya adalah kepemimpinan otokratis. Model ini dibutuhkan dalam kondisi darurat, seperti ketika menyalurkan bantuan bencana yang membutuhkan keputusan cepat dan tegas.
"Dan terakhir ada kepemimpinan karismatik. Model ini mengandalkan integritas dan keteladanan pemimpin untuk membangun kepercayaan publik," tutur Nadratuzzaman.
Menurut dia, setiap model kepemimpinan memiliki waktu dan konteks penerapannya sesuai dengan situasi yang dihadapi. “Kadang kita perlu inspiratif, kadang tegas, kadang juga memberi ruang partisipasi. Keseimbangan inilah yang membuat Baznas mampu menjalankan mandat negara dan menjaga amanah umat,” ujarnya.
Ia juga menekankan, hal yang paling penting dalam kepemimpinan adalah komunikasi. Seorang pemimpin, kata dia, harus bisa meyakinkan dua pihak sekaligus, yakni tim internal di bawahnya serta pihak luar yang menjadi mitra atau pemangku kepentingan.
Karena itu, kombinasi model kepemimpinan menjadi kebutuhan strategis di lingkungan Baznas. Hal ini diharapkan berdampak langsung pada pemberdayaan mustahik dan pengentasan kemiskinan. (*)