Liputan6.com, Jakarta- Salah satu bek legendaris Italia, Alessandro Nesta, baru-baru ini membuat pengakuan mengejutkan terkait kariernya di lapangan hijau. Mantan bintang AC Milan dan Lazio ini mengungkapkan bahwa ada satu pemain yang pernah 'menghancurkan mentalnya' dalam sebuah pertandingan sengit.
Pengakuan ini tentu menarik perhatian, mengingat Nesta dikenal sebagai salah satu defender terkuat dan paling disegani di eranya.
Pemain yang dimaksud Nesta bukanlah Cristiano Ronaldo, melainkan megabintang Argentina, Lionel Messi. Momen krusial ini terjadi saat Nesta sudah berada di penghujung kariernya, menghadapi Messi yang sedang berada di puncak performa.
Insiden tersebut memberikan gambaran betapa dahsyatnya dampak kehadiran Messi di lapangan, bahkan bagi seorang bek kelas dunia sekalipun.
Pengakuan Nesta ini memberikan perspektif unik tentang tekanan mental yang dihadapi para pemain top saat berhadapan dengan talenta luar biasa. Ini juga menyoroti kehebatan Messi yang mampu tidak hanya mengalahkan lawan secara fisik, tetapi juga secara psikologis. Kisah ini menjadi bukti nyata bagaimana seorang pemain bisa meninggalkan jejak mendalam dalam ingatan lawan-lawannya.
Momen Krusial yang Mengguncang Mental Nesta
Alessandro Nesta menceritakan secara detail momen ketika Lionel Messi berhasil 'menghancurkan mentalnya'. Kejadian itu berlangsung saat AC Milan, klub Nesta kala itu, berhadapan dengan Barcelona di ajang Liga Champions musim 2011-2012. Pada musim tersebut, Messi memang sedang dalam performa puncaknya, mencetak 91 gol di bawah asuhan Pep Guardiola, menjadikan Barcelona tim yang sangat dominan di dunia.
Nesta mengungkapkan bahwa pada menit kesepuluh pertandingan, ia menjatuhkan Messi dan merasa sangat kelelahan hingga melihat bintang-bintang. Namun, yang lebih mengejutkan baginya adalah reaksi Messi.
"Ia sudah memberi saya tangannya untuk menarik saya. Di sana ia menghancurkan saya secara mental," kenang Nesta.
Ia menambahkan, "Saya berada di tanah dan ketika setelah dua detik saya membuka mata, saya melihat wajahnya dengan tangannya menjulur bahwa ia ingin membantu saya bangun. Ia secara mental menghancurkan saya di sana."
Momen tersebut terjadi ketika Nesta sudah berusia 37 tahun, sementara Messi sedang berada di masa keemasannya. Nesta dan Messi total berhadapan empat kali di Liga Champions musim 2011/2012, yakni dua kali di fase grup dan dua kali di perempat final.
Pengalaman berhadapan dengan Messi di usia senja kariernya meninggalkan kesan mendalam bagi Nesta, menunjukkan betapa sulitnya menghentikan sang bintang Argentina.
Perbandingan Abadi: Messi vs. Ronaldo di Mata Nesta
Meski Alessandro Nesta pernah berulang kali menghadapi Cristiano Ronaldo di berbagai pertandingan, ia secara eksplisit menyatakan bahwa Lionel Messi adalah lawan yang jauh lebih sulit untuk dihadapi. Nesta mengakui bahwa kedua pemain tersebut memiliki kekuatan dan kehebatannya masing-masing, namun ia lebih memilih untuk tidak berhadapan langsung dengan Messi di lapangan.
Nesta pernah memberikan pandangannya, "Saya bermain melawan Ronaldo dan Messi. Yang kecil (Messi) fenomenal, tapi yang lain mencetak 40 gol setahun. Mereka berdua kuat dengan caranya sendiri. Saya lebih suka tidak bertemu Messi di antara keduanya."
Pernyataan ini menunjukkan bahwa meskipun Ronaldo adalah mesin gol yang produktif, kemampuan Messi dalam mengolah bola dan melewati lawan memiliki dampak psikologis yang berbeda bagi seorang bek.
Bek legendaris itu juga pernah menambahkan, "Menurut saya, Messi merupakan pemain mungil yang fenomenal. Sedangkan Ronaldo hanya mampu mencetak gol." Perbandingan ini menyoroti perbedaan gaya bermain antara kedua superstar tersebut di mata Nesta. Ia melihat Messi sebagai pemain yang lebih lengkap dan sulit diprediksi, sementara Ronaldo lebih fokus pada aspek mencetak gol. Ini menegaskan mengapa Messi meninggalkan jejak mental yang lebih dalam bagi Nesta.
Jejak Gemilang Karier Alessandro Nesta
Alessandro Nesta memiliki karier yang sangat gemilang sebagai pesepak bola profesional, membentang lebih dari dua dekade. Ia memulai perjalanan kariernya di Lazio pada tahun 1993, di mana ia meraih berbagai gelar bergengsi. Bersama Lazio, Nesta berhasil memenangkan gelar Serie A pada musim 1999/2000, dua Coppa Italia, Piala Winners' Cup, Super Cup, dan Supercoppa Italiana. Antara tahun 2000 hingga 2002, ia secara konsisten dinobatkan sebagai bek terbaik Serie A setiap tahunnya, membuktikan dominasinya di lini pertahanan.
Pada tahun 2002, Nesta pindah ke AC Milan karena masalah finansial yang melanda Lazio. Di Milan, ia melanjutkan torehan prestasinya dengan meraih dua gelar Liga Champions, dua Scudetto Serie A, dan berbagai trofi lainnya yang semakin mengukuhkan statusnya sebagai salah satu bek terbaik dunia. Kemampuannya membaca permainan, tekel bersih, dan kepemimpinannya menjadi aset berharga bagi Rossoneri.
Selain sukses di level klub, Nesta juga merupakan bagian integral dari tim nasional Italia. Puncak karier internasionalnya adalah ketika ia menjadi bagian dari skuad Italia yang berhasil menjuarai Piala Dunia 2006. Setelah satu dekade yang sukses di Milan, Nesta sempat melanjutkan kariernya di MLS bersama Montreal Impact dan Chennaiyin FC di India sebelum akhirnya pensiun pada tahun 2014 dan beralih ke dunia kepelatihan.