
PEMERINTAH mempercepat realisasi pembangunan 20 Sekolah Garuda Baru dan 80 Sekolah Garuda Transformasi yang menjadi bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) Presiden Prabowo Subianto. Langkah itu bertujuan mempercepat ketertinggalan Indonesia dalam bidang sains dan teknologi menuju Indonesia Emas 2045.
Sebagai tindak lanjut, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamen Dikti Saintek) Stella Christie meninjau lima lokasi calon Sekolah Garuda di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. Lokasi-lokasi tersebut berada di Villa Diklat Danau Mas Harun Bastari Desa Mojorejo, Desa Air Bening, Desa Tebat Tenong Luar, serta dua titik lain di Desa Dataran Tapus, Kecamatan Bermani Ulu Raya.
Menurut Stella, Bengkulu masuk peringkat ketiga dalam beauty contest daerah calon lokasi Sekolah Garuda. Penentuan dilakukan berdasarkan kajian menyeluruh bersama Kemendagri, mencakup Indeks Pembangunan SDM, rapor literasi, rapor matematika, hingga data kemiskinan.
"Jadi provinsi Bengkulu itu peringkat ketiga dalam beauty contest kita. Peringkat pertama Sulawesi Tenggara, lalu peringkat kedua Kalimantan Utara," ungkap Stella dikutip dari siaran pers, Kamis (21/8).
Dia turut menyoroti keunggulan lahan di Desa Mojorejo yang mencapai 20 hektare, dengan mayoritas sudah bersertifikat. Ia menilai lokasi tersebut tidak hanya strategis, tetapi juga memiliki nilai historis sebagai pusat pendidikan di Sumatra bagian selatan.
"Ada sejarah bahwa Rejang Lebong itu sebenarnya adalah pusat pendidikan di daerah Sumatra bagian selatan. Namun, seiring bergulirnya waktu, pusat pendidikan tersebut agak berkurang. Ini akan menjadi kesempatan yang baik untuk mengembalikan marwah dari Rejang Lebong sebagai pusat pendidikan," jelasnya.
Selain keunggulan historis, Stella juga menilai faktor alam menjadi daya tarik tersendiri. Itu merujuk pada udara sejuk dan pemandangan indah di lokasi tersebut.
Pemerintah memastikan pembangunan Sekolah Garuda tidak hanya berdampak akademis, tetapi juga membawa nilai tambah sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Stella menekankan, lahan perkebunan kopi yang sudah dikelola warga tetap bisa dimanfaatkan.
"Kalau lokasi ini dipilih, kami tetap menginginkan agar masyarakat tetap menggarapnya. Ini sebenarnya sangat baik untuk kami karena ada yang menjaga lahan. Karena kalau 20 hektare semua opex-nya dari pusat, ini berat. Jadi sebenarnya ini efisien dan efektif dari segi pendanaan. Masyarakat dapat menggunakannya, kita juga mengambil untungnya," jelas Stella.
Lebih jauh, ia menegaskan, Sekolah Garuda dirancang inklusif. Fasilitas sekolah akan dibuka untuk publik agar manfaatnya dirasakan luas.
"Kami juga ingin fasilitas olahraga yang dibangun untuk siswa, dalam satu hari seminggu atau mungkin setiap Sabtu dan Minggu itu bisa terbuka untuk masyarakat. Jadi ini bukan sekolah elit, tapi sekolah yang sangat berkualitas tetapi sangat inklusif terhadap masyarakat sekitar," terangnya.
Adapun Sekolah Garuda terdiri atas dua model, yaitu Sekolah Garuda Transformasi yang memperkuat kualitas SMA/MA menuju standar perguruan tinggi terbaik dunia, serta Sekolah Garuda Baru berupa SMA berasrama yang dibangun di wilayah dengan akses terbatas ke pendidikan bermutu.
Dengan pendekatan tersebut, pemerintah berkomitmen menghadirkan pendidikan unggul yang menjangkau putra-putri bangsa dari latar belakang sederhana, sekaligus mempersiapkan generasi emas yang mampu bersaing di tingkat global. (Mir/E-1)