Liputan6.com, Jakarta - Nvidia dikabarkan menghentikan produksi chip AI H20 yang ditujukan khusus untuk pasar China.
Menurut laporan The Information, perusahaan asal Amerika Serikat (AS) itu sudah meminta mitra utamanya, Amkor Technology yang berbasis di Arizona dan Samsung Electronics, untuk menghentikan sementara pekerjaan terkait chip tersebut.
Amkor diketahui menangani proses advanced packaging, sementara Samsung memasok komponen memori.
Mengutip Reuters, Senin (25/8/2025), Foxconn, perusahaan asal Taiwan yang bertugas mengurus proses backend juga ikut mendapat arahan serupa.
Hal ini menjadi sorotan karena chip AI H20 merupakan chip AI paling canggih yang masih boleh dipasarkan di China.
“Kami terus mengelola rantai pasok untuk menyesuaikan kondisi pasar,” kata Nvidia dalam keterangan kepada CNBC.
Situasi ini muncul setelah pemerintah AS sempat melarang penjualan H20 ke China pada April lalu, sebelum akhirnya mengizinkan kembali pada Juli dengan sejumlah syarat dagang.
Regulator China Soroti Keamanan Chip
Dengan izin yang sudah kembali, ternyata tidak membuat jalan H20 mulus di pasar China.
Regulator setempat justru memperingatkan sejumlah perusahaan teknologi besar, seperti ByteDance dan Alibaba, untuk menahan diri dari pemesanan baru. Alasannya, chip H20 dianggap menimbulkan risiko keamanan.
Cyberspace Administration of China menyebut pakar AI menemukan indikasi chip itu bisa dilacak maupun dikendalikan dari jarak jauh.
CEO Nvidia Jensen Huang merespons tudingan itu secara terbuka. Ia menegaskan tidak ada backdoor dalam chip yang dipasarkan ke China.
“Semoga jawaban yang kami berikan kepada pemerintah China sudah cukup,” ucap Huang.
Meski begitu, pengumuman regulator membuat pasar meragukan masa depan H20 di negeri Tirai Bambu, apalagi di tengah hubungan dagang AS-China yang masih memanas.
Pernyataan Pejabat AS Dinilai Memicu Ketegangan
Laporan Financial Times mengungkapkan, alasan pemerintah China menolak chip H20 tidak hanya berkaitan dengan isu keamanan.
Sumber menyebut otoritas di Beijing tersinggung oleh komentar Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick.
Dalam sebuah wawancara, Lutnick secara terang-terangan mengatakan bahwa produk yang dikirim ke China bukanlah yang terbaik.
“Kami tidak menjual barang terbaik, bukan yang nomor dua, bukan yang nomor tiga. Yang keempat, itu yang kami biarkan mereka pakai,” katanya. Pernyataan tersebut dipandang merendahkan dan membuat suasana kian tegang.
Selain soal teknologi, faktor politik dan diplomasi jelas memainkan peran besar. Kondisi ini memperumit langkah NVIDIA yang sedang berusaha menjaga pangsa pasarnya di China.
NVIDIA Siapkan Produk Baru
Meski menghadapi berbagai tekanan, Nvidia dilaporkan tidak tinggal diam. Perusahaan sedang mengembangkan chip baru berbasis arsitektur Blackwell yang kabarnya akan menjadi tulang punggung produk AI selanjutnya.
Chip tersebut diperkirakan mampu memberikan setengah dari kekuatan komputasi Blackwell Ultra GPU, namun tetap diposisikan sebagai chip terkuat yang masih dapat dijual secara legal ke pasar China.
Pengembangan ini dianggap sebagai strategi bertahan Nvidia di tengah situasi geopolitik yang penuh ketidakpastian.
Dengan permintaan AI yang terus tumbuh, perusahaan tentu berusaha mencari jalan agar tetap relevan.
Langkah tersebut juga sekaligus menunjukkan bahwa perang teknologi antara AS dan China belum akan mereda dalam waktu dekat.