Liputan6.com, Jakarta Liverpool sukses mengamankan tanda tangan Giovanni Leoni, seorang talenta muda Italia berusia 18 tahun, setelah pekan-pekan spekulasi yang menghubungkannya dengan klub-klub besar Serie A, seperti AC Milan dan Inter Milan.
Keputusan Leoni bergabung ke Liverpool ini menjadi sorotan tajam, terutama di media Italia yang menyesalkan kehilangan salah satu prospek terbaik negaranya.
Dalam kolom opini di Corriere dello Sport, direktur Ivan Zazzaroni melontarkan kritik keras terhadap cara klub Inggris memanfaatkan sistem yang mendukung Premier League secara finansial dan operasional.
Liverpool, menurutnya, tahu betul bagaimana menyusun strategi untuk mendominasi pasar pemain muda, sementara klub Italia justru gagal mengantisipasi langkah tersebut.
Liverpool dan Sistem Premier League yang Unggul
Menurut Ivan Zazzaroni, klub-klub Inggris memiliki sistem yang jelas dalam memaksimalkan potensi pasar pemain. Mereka lebih banyak membeli pemain dari klub-klub kelas bawah Inggris, seperti Brighton, Burnley, dan Sunderland dengan harga tinggi.
Pemain-pemain tersebut kemudian tetap berkiprah di kasta tertinggi Liga Inggris, sehingga keuntungan dan kekuatan tetap terjaga dalam lingkup Premier League.
Strategi ini memastikan ‘oksigen’ finansial dan talenta tetap mengalir di dalam ekosistem Liga Inggris, sekaligus mempersulit klub-klub luar negeri untuk mendapatkan pemain terbaik.
Hanya ketika kebutuhan teknis tidak terpenuhi di dalam negeri, klub Inggris baru melirik pasar internasional dengan daya saing finansial yang jauh di atas rata-rata.
Fenomena ini menjadikan Liverpool dan klub Inggris lain sebagai entitas yang sangat efisien dalam mempertahankan dan mengembangkan pemain berdampak.
Kelemahan Klub Serie A dan Masalah Individualisme
Masih dalam kolom yang sama, Zazzaroni mengkritik keras pendekatan klub Serie A yang dianggap terlalu individualistik dan kurang memiliki visi bersama. Dia menyoroti perilaku sebagian besar klub yang enggan menggelontorkan dana besar untuk pemain mereka sendiri demi melawan persaingan internal.
Alih-alih mempertahankan talenta terbaik, dana lebih banyak dialirkan ke luar negeri dengan harapan melakukan trading pemain. Hal ini dinilai berbalik merugikan Serie A karena klub-klub Italia lebih sering kehilangan aset berharga kepada pesaing.
Selain itu, dominasi kepemilikan asing di klub Italia memperburuk keadaan. Pemilik asing cenderung lebih memilih pemain luar negeri sebagai aset dagang yang bisa dijual kembali ke pasar global, ketimbang membangun dan mempertahankan pemain asli Italia sebagai simbol klub.
Leoni dan Kegagalan Investasi Klub Serie A
Kasus Giovanni Leoni menjadi gambaran nyata dari isu tersebut. AC Milan yang sebelumnya mengikuti perkembangan Leoni, bahkan berhasil menjual Mohamed Thiaw, pemain cadangan, dengan harga 40 juta euro. Namun, Milan tidak mampu mengalokasikan dana serupa untuk memboyong Leoni secara permanen.
Alhasil, talenta berusia 18 tahun itu justru memilih Liverpool sebagai destinasi kariernya berikutnya, yang menjadikan dia bagian dari skuad di Premier League.
Situasi ini menimbulkan kritik tajam atas ketidakmampuan klub Italia dalam mempertahankan dan mengembangkan bibit unggulnya karena fokus yang terpecah dan strategi yang kurang matang.