
Kesuksesan menyusui bagi seorang ibu adalah sesuatu yang tidak ternilai harganya. Umumnya, ibu dianggap sukses menyusui ketika bayinya mendapat cukup ASI, tumbuh kembangnya baik sesuai usianya, hingga ibu merasa nyaman dan percaya diri selama proses menyusui.
Namun, pernahkah Anda mendapat omongan buruk ketika menyusui? Misalnya, dikomentari soal posisi menyusui, ASI yang tidak keluar banyak, hingga bayi masih rewel meski sudah disusui. Di momen inilah kehadiran suami dan teman-teman terdekat ibu untuk memberi dukungan.
Hasil ini senada dengan temuan studi yang dilakukan Health Collaborative Center (HCC), yang menemukan ketika ibu menyusui didampingi pasangan, mayoritas ibu menilai momen tersebut sebagai hangat, penuh cinta, dan membahagiakan.
"Dukungan harus datang dari inner circle, terutama suami. Kalau istri masih dibiarkan menyusui sendiri, penelitian di tahun 2023 menunjukkan ibu jadi tidak bahagia, ASI-nya mandat. Yang bikin ibu tidak bahagia, salah satunya karena tidak didukung oleh suami," jelas pendiri dan peneliti utama Health Collaborative Center (HCC), Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, kepada awak media, Jumat (8/8).

Ya Moms, menurut dr. Ray, suami merupakan sosok yang berperan penting dalam membuat ibu menyusui bahagia. Karena gambaran idealnya, suami sebagai pasangan diharapkan bisa mendampingi sang istri di periode penting tersebut.
Suami Tinggal Berjauhan, Bagaimana Dukungan Bagi Ibu Menyusui?
Bagaimana istri yang harus tinggal berjauhan dengan suami karena berbagai alasan, misalnya harus bekerja atau urusan keluarga?
dr. Ray menyebut di sinilah pentingnya ibu memiliki support system yang berasal dari orang-orang terdekat, misalnya keluarga, sahabat, atau komunitas ibu menyusui. Begitu juga dengan ibu menyusui yang bekerja, maka dukungan dari kantor bisa menjadi faktor penentu dalam keberhasilan menyusui, meski harus memompa ASI sekali pun.
"Kalau ibu bekerja, inner circle-nya adalah tempat kerja. Makanya sekarang pemerintah itu punya undang-undang ke PP ASI (Peraturan Pemerintah tentang Pemberian Air Susu Ibu), supaya dukungan di tempat kerja itu harus dioptimalkan. Enggak cuma ruang laktasi, tapi juga harus ada konselor laktasi dan peer support," tuturnya.
Ia mengungkapkan salah satu studi yang pernah dilakukan HCC dan mengungkapkan pemberian ASI lebih berhasil pada ibu menyusui yang mendapat dukungan promosi laktasi, ruang menyusui, hingga waktu kerja fleksibel.
"Itu bisa tidak hanya ASI-nya lebih bagus 8 kali lipat, lebih berhasil memberikan ASI, tetapi juga produktivitas mereka, absensi mereka juga lebih bagus," ungkap dr. Ray.