Liputan6.com, Jakarta Benjamin Sesko tiba-tiba menjadi nama yang ramai diperbincangkan di jagat transfer Premier League. Apalagi, kini telah dikonfirmasi bahwa Sesko akan bergabung dengan Manchester United, tinggal menunggu tes medis dan pengumuman resmi.
Striker RB Leipzig ini disebut-sebut sebagai salah satu talenta muda paling menjanjikan di Eropa, dengan fisik tangguh dan kemampuan mencetak gol spektakuler.
Dengan tinggi hampir dua meter dan pergerakan yang gesit, Sesko dianggap cocok dengan gaya permainan fisik Premier League. Tak heran, Manchester United aktif memantau perkembangan pemain berusia 22 tahun ini.
Musim lalu, Sesko menunjukkan perkembangan signifikan dalam permainannya. Ia tak hanya menjadi penyerang murni, tetapi juga mulai terlibat dalam pembangunan serangan, menunjukkan bahwa potensinya masih bisa digali lebih dalam.
Fisik dan Kecepatan yang Ideal untuk Premier League
Benjamin Sesko memiliki profil fisik yang nyaris sempurna untuk menjadi striker top di Premier League. Dengan tinggi hampir dua meter, ia unggul dalam duel udara, namun juga memiliki kecepatan yang mengesankan.
Data resmi Bundesliga musim lalu mencatat kecepatan tertinggi Sesko mencapai 35,7 km/jam, hanya terpaut 1,5 km/jam dari pemain tercepat liga, Jean-Matteo Bahoya. Angka ini setara dengan Gabriel Martinelli dan hanya sedikit di bawah Erling Haaland.
Kombinasi postur tinggi dan lari cepat membuatnya sulit dihentikan bek lawan. Ia sering memanfaatkan ledakan kecepatan untuk melepaskan diri dari kawalan, baik untuk menerima umpan terobosan maupun menciptakan ruang tembak dari jarak jauh.
Perkembangan Permainan yang Signifikan di RB Leipzig
Ketika pertama kali bergabung dengan RB Leipzig pada 2023, Sesko lebih dikenal sebagai penyerang murni yang fokus mencetak gol. Di musim pertamanya, ia mencetak 14 gol Bundesliga dengan rata-rata 0,82 gol per 90 menit, tertinggi ketiga setelah Harry Kane dan Serhou Guirassy.
Namun, musim lalu, permainannya berkembang lebih kompleks. Ia mulai sering turun ke area tengah, membantu penguasaan bola, dan mencetak gol dari jarak jauh. Meski statistik golnya sedikit menurun (13 gol), ia menunjukkan variasi permainan yang lebih kaya.
Salah satu keunggulan Sesko adalah kemampuannya mencetak gol dengan kedua kaki dan kepala. Dari 25 gol non-penalty di Leipzig, 13 dicetak dengan kaki kanan, 4 dengan kaki kiri, dan 8 melalui sundulan. Fleksibilitas ini membuatnya sulit ditebak oleh bek lawan.
Potensi yang Masih Harus Digali
Meski punya segudang kelebihan, Sesko masih memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya adalah konsistensi dalam mencetak gol. Musim lalu, ia mengalami fase produktif (7 gol dalam 8 laga) tapi juga periode sepi (1 gol dalam 10 pertandingan).
Selain itu, meski sering mencetak gol spektakuler dari jarak jauh, statistik Expected Goals (xG) menunjukkan bahwa ia sedikit overperforming. Artinya, gol-gol jarak jauhnya mungkin sulit dipertahankan dalam jangka panjang jika tidak meningkatkan frekuensi ancaman di kotak penalti.
Namun, di usia 22 tahun, Sesko masih punya banyak waktu untuk berkembang. Jika bisa meningkatkan konsistensi dan ketajamannya di area berbahaya, ia bisa menjadi salah satu striker terbaik di Eropa dalam beberapa tahun mendatang.